
Nasionalbiz.com Tiga hari terombang-ambing di Samudera Hindia tanpa kepastian. Inilah momen menegangkan yang dialami Dowinta, seorang Penyuluh Kelautan dan Perikanan dari Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, bersama keluarganya. Dalam perjalanan menuju Pulau Enggano untuk menghadiri pemakaman adat mendiang suaminya, kapal yang mereka tumpangi mengalami kerusakan mesin di tengah laut pada Sabtu, 24 Mei 2025.
Tak ada sinyal. Tak ada pelampung harapan, selain kepercayaan pada laut dan pada rekan-rekan sesama penyuluh. Dalam situasi genting tersebut, peran Penyuluh KP kembali diuji. Namun kali ini bukan sebagai pendamping nelayan, melainkan sebagai pelindung sesama.
Kapal Dowinta dinyatakan hilang kontak di perairan Bengkulu. Setelah tiga hari pencarian intensif, koordinasi cepat antara para penyuluh KP, organisasi profesi IPKANI, Pos Angkatan Laut (POSAL) Bengkunat, dan Basarnas membuahkan hasil. Kapal berhasil ditemukan sekitar 27 mil laut dari Pantai Bengkunat dan ditarik menuju Kuala Stabas, Krui, Lampung.
Dowinta dan keluarganya dievakuasi dalam kondisi selamat. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan kondisi mereka stabil dan tidak memerlukan perawatan lanjutan.
Solidaritas Penyuluh
Keberhasilan penyelamatan ini tidak lepas dari kerja cepat dan kolaboratif para penyuluh KP lintas provinsi. Ketua IPKANI Bengkulu, Rahadian Harry D, segera berkoordinasi dengan Ketua IPKANI Lampung, Winarto Santosa, yang kemudian menggerakkan jaringan penyuluh di wilayah pesisir Lampung.
Di lapangan, dua penyuluh KP dari Pesisir Barat, Muammar dan Okta Purnama, menjadi ujung tombak koordinasi dan komunikasi. Mereka segera menghubungi POSAL dan Basarnas untuk melakukan pelacakan hingga titik koordinat kapal ditemukan.
“Kami bergerak secepat mungkin karena tahu, waktu adalah segalanya di laut. Ini adalah panggilan nurani sebagai penyuluh dan sesama manusia,” ungkap Okta Purnama.
Kepala BPPSDM KP, I Nyoman Radiarta, menyampaikan apresiasi tinggi atas solidaritas dan kecepatan gerak para penyuluh di lapangan. “Ini adalah bukti nyata bahwa penyuluh KP tidak hanya dibina untuk memberdayakan masyarakat pesisir, tetapi juga siap bertindak dalam situasi darurat. Kami bangga dengan kapasitas, empati, dan jaringan kuat yang dimiliki para penyuluh kami,” terangnya.
Kisah ini menjadi cermin bahwa penyuluh KP adalah wajah kemanusiaan di garis depan pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Di tengah keterbatasan, mereka bergerak dengan hati, pikiran, dan aksi nyata.
Solidaritas antardaerah, kolaborasi lintas lembaga, dan respons cepat yang ditunjukkan adalah gambaran konkret dari hasil pembinaan sumber daya manusia KP yang adaptif, tangguh, dan penuh empati, sejalan dengan visi BPPSDM KP.