
Caption gambar
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, menjadi pembicara pada Sesi Teknologi Perikanan di Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di ITB (9/8). Dalam kesempatan ini, Dirjen Tebe memaparkan Kebijakan Ekonomi Biru dalam Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia.
Jakarta (13/8) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengoptimalkan peran teknologi untuk mendukung produksi perikanan mulai hulu hingga hilir. Penggunaan teknologi tidak hanya untuk meningkatkan jumlah produksi tapi juga memastikan kegiatan perikanan sesuai prinsip berkelanjutan.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu memaparkan, pemanfaatan teknologi digital seperti Internet of Things (IoT) untuk pemantauan kualitas air, pakan otomatis, hingga penyediaan sarana dan prasarana budidaya serta pemasaran online, terbukti mendongkrak produktivitas akuakultur.
Program unggulan perikanan budi daya yang memanfaatkan inovasi teknologi diantaranya modeling budidaya udang berbasis kawasan (BUBK) di Kebumen, kemudian ada juga modeling budidaya tilapia, rumput laut, lobster, dan kepiting.
KKP juga tengah menjalankan program revitalisasi lahan budidaya kurang produktif di sejumlah wilayah Jawa Barat, serta pembangunan Kampung Perikanan Budi Daya.
“Kolaborasi dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), perguruan tinggi, dan lembaga penelitian diharapkan dapat mendorong berbagai inovasi seperti varietas ikan tahan penyakit, pakan fungsional, hingga teknologi budidaya adaptif dan ramah lingkungan,” ungkap Dirjen Tebe dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Rabu (13/8).
Belum lama ini, Dirjen Tebe hadir dalam Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025. Menurutnya ajang ini bagus untuk bersinergi serta mendorong lahirnya beragam inovasi teknologi, khususnya yang dapat membantu produktivitas perikanan nasional.
Konsep Blue Food
KKP berkomitmen mengoptimalkan potensi blue food sebagai bagian dari ketahanan pangan nasional. Berdasarkan informasi Ocean Panel (2020) dan World Economic Forum (2021), blue food bukan sekadar sumber protein, melainkan kaya mineral, vitamin, iodium, zat besi, kalsium, seng, hingga Omega-3.
“Lebih dari 2.500 spesies biota laut berpotensi menjadi pangan berkelanjutan dengan jejak karbon rendah. Lebih dari 3 miliar orang bergantung pada blue food untuk protein dan nutrisi, sementara 800 juta rumah tangga menggantungkan mata pencaharian padanya,” jelas Dirjen Tebe.
Melalui lima kebijakan Blue Economy, mulai dari perluasan kawasan konservasi, penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pengembangan perikanan budidaya berkelanjutan, pengawasan pesisir dan pulau kecil, hingga gerakan Bulan Cinta Laut, KKP memperkuat kapasitas nelayan dan pembudi daya dari hulu ke hilir.
Di sisi hulu, KKP menyediakan benih unggul, modernisasi armada kapal, dan fasiitasi pembiayaan inklusif. Di sisi hilir, hilirisasi produk perikanan dan kampanye Gemarikan terus digencarkan untuk meningkatkan konsumsi ikan nasional yang kini mencapai 25,19 kg per kapita. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi bahan pangan lainnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menegaskan harapannya agar KSTI 2025 menjadi tonggak kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi nasional untuk sebesar-besarnya kepentingan bangsa.