
Oleh: Dr. H. Nasrullah AR, S.Pd.I., SH., MH.
Sekretaris Umum MUI Kalimatan Selatan.
Kepemimpinan nasional bukan hanya diukur dari kuatnya figur seseorang misalnya presiden, melainkan juga dari kemampuan sistem politik di belakangnya menjaga stabilitas, konsolidasi, dan kesinambungan pemerintahan. Dalam sejarah Indonesia, setiap presiden yang sukses selalu memiliki figur-figur strategis, pawai di belakang mereka bisa tanpak dipanggung bisa yang tak selalu tampil di panggung, namun memainkan peran penting sebagai “penjaga keseimbangan” di tengah riuhnya dinamika politik nasional.
Dalam konteks pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, sosok Prof. Dr. Ir. H. Sufmi Dasco Ahmad, S.H., M.H. menjadi salah satu figur yang layak disebut sebagai “tangan dingin” yang menjaga suhu politik tetap sejuk. Sebagai Wakil Ketua DPR RI dan Ketua Harian Partai Gerindra, Dasco tidak hanya menjalankan fungsi legislatif, tetapi juga menjadi jembatan politik antara eksekutif, parlemen, dan kekuatan partai koalisi maupun oposisi.
Kita akan melihat kiprahnya melalui lima aspek utama: sejak pelantikan Presiden Prabowo pada Oktober 2024, pembentukan kabinet, penegakan hukum yang equal, rekonsiliasi tokoh nasional, hingga proses mendamaikan internal partai.
. Titik Awal: Pelantikan 20 Oktober 2024 – Momentum Stabilitas Baru
Tanggal 20 Oktober 2024 akan tercatat dalam tinta emas sejarah sebagai hari di mana Prabowo Subianto resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia bersama Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden untuk masa bakti 2024-2029. Upacara pelantikan di Gedung MPR/DPR/DPD RI berlangsung khidmat, dihadiri para pemimpin partai, mantan presiden, dan tokoh-tokoh nasional serta negara-negara sahabat.
Pelantikan itu tidak sekadar simbol peralihan kekuasaan, melainkan titik balik politik pasca pertarungan Pilpres yang sempat menimbulkan ketegangan sosial. Stabilitas menjadi kata kunci. Di sinilah muncul peran strategis Sufmi Dasco Ahmad. Sebagai salah satu pimpinan DPR yang memahami peta politik Senayan, Dasco berperan aktif membangun komunikasi lintas fraksi agar transisi pemerintahan berjalan mulus.
Dalam sebuah wawancara di awal masa pemerintahan, Dasco menegaskan,
“Politik kita harus kembali normal, bukan hanya berkompetisi tapi juga berkolaborasi.”
Pernyataan ini menggambarkan hakikat atau filosofi politik yang ia pegang – bahwa kekuasaan bukan sekadar menang, tapi juga mengelola kemenangan agar membawa manfaat bagi bangsa negara.
Langkah-langkah diplomasi politik yang ia jalankan di Senayan membantu menurunkan tensi politik pasca-pemilu. Hasilnya, DPR periode 2024-2029 memulai masa kerjanya tanpa gejolak besar, sesuatu yang jarang terjadi di tahun-tahun awal pemerintahan baru.
. Pembentukan Kabinet: Merajut Kepemimpinan Inklusif
Sehari setelah dilantik, Presiden Prabowo mengumumkan susunan kabinetnya pada 21 Oktober 2024. Formasi kabinet ini menarik perhatian publik karena komposisinya yang melibatkan berbagai latar belakang: profesional, militer, dan politisi lintas partai.
Banyak pengamat menyebut kabinet Prabowo sebagai kabinet “koalisi besar” yang merepresentasikan politik inklusif. Survei Litbang Kompas (November 2024) mencatat 68% publik menilai kabinet Prabowo-Gibran “berimbang dan representatif”, sementara 24% menilai “terlalu kompromistis”.
Namun di sinilah seni bernegara diuji. Politik inklusif seringkali berpotensi menimbulkan benturan kepentingan. Dalam kondisi seperti ini, peran Dasco sebagai komunikator antara partai koalisi dan oposisi di Senayan menjadi sangat penting. Dengan pengalaman panjangnya di parlemen, ia tahu betul bahwa keberagaman politik harus dikelola dengan komunikasi, bukan kompetisi.
Melalui pendekatan informal dan koordinasi antar-pimpinan fraksi, Dasco membantu mengamankan agenda-agenda awal pemerintah – mulai dari pembahasan APBN hingga RUU prioritas. Stabilitas hubungan antara eksekutif dan legislatif pada 6 bulan pertama pemerintahan Prabowo menjadi salah satu indikator nyata efektivitas komunikasi politik ini.
“Kita bukan sekadar menjaga koalisi, tapi membangun sinergi. Koalisi bisa berubah, tapi sinergi harus dijaga,” ujar Dasco dalam sebuah forum di Kompleks Parlemen Senayan (Desember 2024).
. Penegakan Hukum yang Equal: Antara Harapan dan Tanggung Jawab
Janji utama Presiden Prabowo dalam masa kampanye adalah membangun sistem hukum yang tegas dan adil – equal before the law. Dalam 100 hari pertama, Indikator Politik Indonesia (Januari 2025) mencatat 72,1% masyarakat menilai ada perbaikan dalam penegakan hukum, terutama dalam pemberantasan korupsi dan perlindungan masyarakat terhadap kejahatan siber.
Namun, tantangan tetap ada. Publik masih menyoroti bahwa beberapa kasus besar belum ditangani secara transparan. Kritik ini menjadi pengingat bahwa prinsip keadilan harus dijaga tanpa pandang bulu.
Di sinilah peran legislatif kembali krusial. DPR memiliki kewenangan pengawasan terhadap aparat hukum, tetapi juga harus menjaga independensi lembaga penegak hukum. Dasco, dengan reputasinya sebagai politisi rasional dan tidak terlalu melakukan pencitraan untuk populis, menjaga keseimbangan ini dengan hati-hati. Ia sering menekankan bahwa “politik hukum” harus berpihak pada kepastian, bukan tekanan publik sesaat.
Analisis Lembaga Survei Nasional (Mei 2025) menunjukkan bahwa persepsi publik terhadap penegakan hukum di era Prabowo meningkat menjadi 74%, sementara tingkat kepercayaan terhadap DPR naik ke 62% walapun ada aksi besar pada bulan agustus tapi pelan tapi pasti bisa diselsai – angka tersebut diatas tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Ini menandakan bahwa hubungan harmonis antara pemerintah dan parlemen berhasil memperkuat kepercayaan publik terhadap lembaga negara.
. Rekonsiliasi Tokoh: Politik yang Menyatukan
Salah satu ciri utama kepemimpinan Prabowo adalah kemampuannya merangkul lawan politik. Hal ini tampak nyata ketika pada 7 April 2025, Presiden Prabowo bertemu dengan Megawati Soekarnoputri di kediamannya di Teuku Umar, Jakarta. Pertemuan yang hangat itu menjadi simbol rekonsiliasi politik nasional setelah dua decade terjadi ketegangan ideologis.
Pertemuan ini bukan sekadar agenda seremonial. Menurut sumber internal Gerindra, proses komunikasi antara kedua pihak sudah berlangsung lama dan melibatkan tokoh-tokoh kunci, salah satunya Sufmi Dasco Ahmad. Dengan rekam jejak diplomasi politiknya, Dasco memainkan peran penghubung di balik layar, memastikan komunikasi berjalan lancar dan tidak disalahartikan oleh pihak manapun.
Langkah rekonsiliasi ini menghasilkan efek domino positif. Survei Poltracking (Mei 2025) menunjukkan 64% masyarakat menilai upaya rekonsiliasi antar-tokoh nasional berpengaruh positif terhadap stabilitas politik. Di tingkat elite, suasana kerja sama antarpartai membaik, sementara di akar rumput, polarisasi sosial pasca-pemilu mulai mereda.
Bagi Dasco, rekonsiliasi bukan sekadar pencitraan politik, melainkan kebutuhan kenegaraan demi rakyat. Dalam salah satu pernyataannya di DPR, ia menegaskan:
“Kita semua punya tanggung jawab untuk memastikan politik kembali menjadi alat perekat bangsa, bukan alat untuk saling menjatuhkan.”
. Mendamaikan Internal Partai: Dari rivalitas, Konsolidasi Menuju Loyalitas
Gerindra sebagai partai utama pendukung pemerintahan memegang peran besar dalam memastikan keberhasilan agenda Prabowo. Namun, partai besar dengan basis kader luas juga memiliki potensi friksi internal. Di sinilah peran Dasco sebagai Ketua Harian DPP Partai Gerindra menjadi vital.
Proses konsolidasi internal yang ia pimpin sejak November 2024 berjalan melalui tiga tahap besar:
- Konsolidasi struktural – menyelaraskan arah politik DPD dan DPC agar fokus pada mendukung kebijakan pemerintah.
- Rekonsiliasi faksi internal – menampung aspirasi dan menyatukan kembali kelompok kader yang sempat berbeda pandangan pasca Pilpres.
- Loyalitas ideologis – memperkuat kesadaran bahwa Gerindra bukan sekadar partai pemenang, tetapi partai penggerak pemerintahan.
Menurut laporan internal DPP (Februari 2025), tingkat kedisiplinan kader dalam mengikuti arahan partai meningkat hingga 92%. Itu artinya, proses konsolidasi yang dilakukan berjalan efektif.
Pendekatan Dasco terhadap kader cenderung empatik namun terukur. Ia dikenal lebih suka dialog daripada perintah, lebih memilih memberi ruang aspirasi daripada sekadar instruksi.
“Partai kuat bukan karena seragamnya, tapi karena soliditas tujuannya,” ujarnya dalam Rapimnas Gerindra 2025.
Kepemimpinan seperti inilah yang membuat Gerindra tampil sebagai partai dengan stabilitas internal terbaik di antara partai koalisi pemerintahan, menurut survei LSI (Juni 2025).
Analisis Kritis: Menjaga Keseimbangan di Tengah Kompleksitas
Tidak bisa dipungkiri, pemerintahan Prabowo berjalan relatif stabil pada tahun pertamanya. Namun, di balik stabilitas itu terdapat kompleksitas yang harus terus dijaga.
Pertama, politik akomodasi besar yang melibatkan banyak partai memang memperkuat basis dukungan, tetapi juga berisiko memperlambat proses pengambilan keputusan. Kedua, agenda reformasi hukum dan birokrasi membutuhkan konsistensi – bukan sekadar komitmen awal. Ketiga, isu ketimpangan ekonomi dan sosial masih menuntut terobosan nyata di luar slogan kedaulatan ekonomi.
Peran figur seperti Sufmi Dasco Ahmad menjadi kunci dalam mengelola kompleksitas ini. Ia bukan hanya berperan sebagai politisi Senayan, tetapi juga sebagai penjaga ritme politik nasional. Tangan dinginnya membuat jalur komunikasi antara pemerintah, DPR, dan partai-partai tetap terbuka dan cair.
Dalam istilah politik modern, Dasco berfungsi sebagai political stabilizer – aktor yang mencegah turbulensi politik melalui diplomasi, koordinasi, dan pendekatan personal namun tidak menghabat kekuat ceck and balaces dari pihak manapun.
Penutup: Politik Keseimbangan untuk Indonesia yang Maju
Setahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo menunjukkan bahwa stabilitas politik bukanlah hasil kebetulan. Ia lahir dari sinergi, disiplin, dan strategi komunikasi yang matang. Prabowo memimpin dengan visi besar dan ketegasan karakter, sementara di Senayan, figur seperti Prof. Dr. Ir. H. Sufmi Dasco Ahmad bekerja menjaga keseimbangan kekuasaan agar tidak tergelincir ke ekstrem konfrontatif.
Perjalanan ke depan tentu tidak mudah. Tantangan global, tekanan ekonomi, dan tuntutan sosial akan semakin besar. Namun, selama pemerintahan ini mampu menjaga sinergi antara visi presiden dan komunikasi politik yang cerdas di parlemen, optimisme terhadap masa depan Indonesia tetap tinggi.
Di tengah arus politik yang kerap panas, tangan dingin seorang politisi seperti Sufmi Dasco Ahmad adalah oase yang menyejukkan – memastikan bahwa kekuasaan dijalankan bukan dengan emosi, tetapi dengan strategi dan tanggung jawab kenegaraan, arif dan menyatukan.
Penulis sekedar mengutif untuk mereviw perjalanan seratus hari kesuksesan kepemimpinan Presiden prabowo ditambah suport komunikasi politik tulus dari Bapak Dasco dalam rangka membangun keutuhan ukhwah wathaniyah supaya tetap terjaga bagi bangsa dan negara lebih-lebih dalam norma agam kebaikan harus disiarkan sebagai tahadduts binikmat Wallahualam bissawab.